Sabtu, 21 Mei 2011

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RUMPUT LAUT

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RUMPUT LAUT
PRESENTASI CV INDOAGRO LESTARI, Oleh Bapak Hartono 23 December 2008.Hotel Victoria Sangatta, Kutim

PROSPEK BISNIS RUMPUT LAUT DI KALIMANTAN TIMUR.
JENIS RUMPUT LAUT
Beberapa jenis rumput laut yang umum dikenal masyarakat dan mempunyai orientasi bisnis :
1. Euchima Cottonii
2. Euchima Spinusum
3. Gracillaria Spinusum
APLIKASI RUMPUT LAUT
Lebih dari 500 produk menggunakan rumput laut, misal :
1. Bahan Makanan (stabilizer, emulsifier, dll)
2. Agar-agar, Jelly Food, Daging Burger
3. Pupuk, Pengharum Ruangan
4. Pakan ternak, Pet Food
5. Pembuatan Tablet, Kapsul
6. Kosmetik (cream, lotion, salep, shampo, pasta gigi)
7. Bahan tambahan industri kertas, textile, keramik,
8. Etanol, dan lain-lain
NEGARA-NEGARA KONSUMEN RUMPUT LAUT DUNIA
1. Denmark,
2. Amerika,
3. China,
4. Philipina,
5. Perancis,
6. Spanyol,
7. Taiwan,
8. Jepang,
9. Inggris dan beberapa negara lainya.
PERINGKAT NEGARA-NEGARA PENGHASIL RUMPUT LAUT
1. Chile
2. Maroko
3. Philipina
4. Indonesia
POTENSI KALIMANTAN TIMUR
1. Areal Potensial Sepanjang Garis Sempadan Pantai lebih kurang 1.100 Km
2. Tersedianya Sumber Daya Manusia
3. Ketersediaan Sarana Transportasi
PROGRAM KLUSTER DI KALIMANTAN TIMUR
1. Diseluruh pesisir pantai Kalimantan Timur yang memungkinkan akan dibudidayakan rumput laut
2. Dengan program ini memungkinkan sebuah kluster menjadi bagian yang mandiri, terdiri dari penyediaan bibit, sarana budidaya (tali, pelampung, jangkar, dll) hingga pengolahan hasil panen
3. Di pesisir pantai Kalimantan Timur akan dibuat beberapa kluster mengingat panjang garis pantai kurang lebih 1,100 Km
4. Sebuah industri pengolahan rumput laut akan dibangun untuk menunjang hasil panen beberapa kluster, sehingga diseluruh pesisir Kalimantan Timur terdapat beberapa industri pengolahan rumput laut.
5. Dibangunnya industri pengolahan secara merata diseluruh pesisir Kalimantan Timur bertujuan agar transportasi dari petani menjadi lebih dekat dan biaya transportasi dapat lebih murah.
6. Barang jadi industri pengolahan rumput laut berupa karagenan maupun chip, kedepannya akan diekspor melalui Kalimantan Timur sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan asli daerah.
PERAN CV. INDO AGRO LESTARI
1. Memberikan pengetahuan teknis, tentang cara budidaya rumput laut yang benar
2. Menjamin ketersediaan bibit rumput laut yang berkualitas
3. Menyerap seluruh hasil panen rumput laut petani
4. Mempersiapkan bisnis rumput laut secara terpadu hingga mengarah ke industri
PENUTUP
Semua program yang direncanakan akan berhasil dan menggerakkan sektor riil dengan baik bilamana :
1. Adanya dukungan dari seluruh pelaku bisnis khususnya pemerintah daerah setempat dalam bentuk memberikan proteksi bagi usaha sejenis
2. Petani mematuhi petunjuk teknis yang telah diberikan supaya mutu panen tetap yang terbaik.

KLASTER RUMPUT LAUT

PERANAN PERUSDA PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM KLASTER RUMPUT LAUT

SEKILAS PERUSDA KUTIM
- PERUSDA PERIKANAN DAN KELAUTAN
- 1 APRIL 2008
- PT. KUTAI TIMUR INVESTAMA (KTI)
- KEHUTANAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KAWASAN INDUSTRI, KEPELABUHANAN, BANDARA.
Visi
Visi yang ingin di wujudkan oleh perusda adalah pengembangan PERUSDA yang handal dengan memanfaatkan sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang berkelanjutan secara profesional.
Misi
Tiga misi yang ingin dicapai oleh perusda adalah :
1. Menjadikan BUMD Perikanan dan Kelautan yang profesional dan mampu tumbuh, berkembang, bersaing secara sehat di Era Globalisasi.
2. Membangun BUMD Perikanan dan Kelautan yang sehat secara profesional yang dapat menunjang perekonomian daerah.
3. Menerapkan efisiensi, transparansi, kemandirian dan akuntabilitas.


Status rumput laut dunia
1. Produksi tahunan rumput laut global 1,4 juta ton kering dengan nilai 5,5-7 billion USD.
2. 2007 Raw Dried Seaweed (RDS) 230.000 metrik ton
3. 84% disuplai oleh Indonesia (110.000 ton) dan Filipina (80.000 ton)
4. 2007 Indonesia merupakan eksportir utama RDS ke pasar dunia
5. Proyeksi kebutuhan pasar naik 2 x lipat di 2012.

Budidaya rumput laut
1. Potensi rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia, tetapi yang tergarap baru sekitar 10 %.
2. Tersebar di 15 provinsi. Potensi terbanyak di Papua seluas 501.000 hektar, lalu Maluku 206.000 hektar, Sulawesi Tengah 106.000 hektar, Nanggroe Aceh Darussalam 104.000 hektar, dan Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 83.000 hektar
3. Kaltim? Sudah berjalan tapi belum optimal.

Potensi Produk Rumput Laut
1. Gracilaria dan Gelidium menghasilkan agar-agar
2. Eucheuma, ialah Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum menghasilkan karagenan Value-added.
Product: karagenan
3. Bahan baku kertas
4. Bio-ethanol (Red algae/Rhodophyta)
5. Alcali-treated cotoni, gelatine

Seaweed as Green House Gas Emissions
1. Algae and Global Warming (AGW):
2. Greenhouse Gas (GHG) Emissions Using Seaweeds
3. Didanai oleh Pemerintah Korea sejak 2006-
4. Rumput laut sebagai instrumen pengurangan emisi GHG
5. Biologi rumput laut dan ekologi sebagai metodologi baru base-line dan monitoring
6. Pulp dari algae merah akan mengurangi deforestation dan emisi CO2.

Program Penelitian dan Pengembangan
1. Taksonomi dan distribusi
2. Biologi dan fisiologi
3. Sistem budidaya dan pasca panen
4. Manajemen penyakit
5. Aplikasi produk
6. Bioteknologi
7. Rekayasa genetika

Klaster Rumput Laut
1. Budidaya rumput laut secara tradisional
2. Menghadapi masalah terutama kuantitas dan kualitas rumput laut sebagai bahan baku industri
3. DKP dapat melakukan manajemen untuk mengontrol kondisi dari up stream to down stream
4. Keuntungan kualitas dapat dikontrol
5. Harga dapat distabilkan
6. Produk dengan nilai tambah.

Nilai Tambah Rumput Laut ( E. cottonii)
1. Raw material > Rp. 9000,-/kg
2. CHIP Rp. 29.000,-/kg
3. Semi Refined Carrageenan Rp. 51.000,-/kg
4. Refined carrageenan :
5. Food grade Rp. 200.000,-/kg
6. Industrial grade Rp. 180.000,-/kg.

Alasan Klaster
1. Membangun tata niaga rumput laut dari hulu sampai hilir
2. Rumput laut sebagai bahan baku industri pengolahan yang mempunyai kualitas berdaya saing dalam jumlah cukup
3. Menjadi produk unggulan daerah
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Iklim yang pro-investasi
1. Dukungan teknis dari Dinas Perikanan dan Kelautan
2. Data base Perikanan
3. SK Kelompok bidang Rumput Laut
4. Keberadaan Perusda Perikanan dan Kelautan
5. Komitmen Bupati Pedampingan
6. Klaster Rumput Laut
7. Konsultan Marketing
8. Technical assistance.

PERUSDA : Marketing and Buffer agent
1. Identifikasi potensi sumberdaya pesisir dan laut
2. Membuka Peluang investasi
3. Perlindungan masyarakat pembudidaya
4. Berperan dalam tata niaga produk budidaya rumput laut (Sistem satu pintu)
5. Kontribusi terhadap PAD
6. Penjaminan harga produk (MOU dengan partner)
7. Penyeragaman kualitas mutu
8. Stabilitas pasokan
9. Fasilitator skim pembiayaan.

Kamis, 19 Mei 2011

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 2

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kab,Kutai Timur Tahun 2008, Di Hotel Victoria Sangatta.

5. HAMA DAN PENYAKIT
1. HAMA
A. Hama Mikro
Umumnya berukuran panjang kurang dari 2 cm. Misalnya larva bulu babi (Tripneustes) dan larva teripang (Holothuroidea sp), Nematoda yang bersifat parasit, Penyakit ice-ice dan lain-lain.
B. Hama Makro
Ukurannya lebih besar dari 2 cm. Misalnya ikan baronang (Siganus sp), penyu hijau (Chelonia midas), bulu babi (Diadema sp), Teripang (Holothuroidea sp), Bintang laut (protoreaster).
2. PENYAKIT
Disebabkan akibat adanya perubahan faktor lingkungan yang ekstrim seperti perubahan nutrisi, perubahan suhu, perubahan salinitas, pH dan tingkat kecerahan air. Kondisi ini biasanya diikuti intekasi dengan mikroorganisme pathogen. Penyakit ini disebut ice-ice, penyakit ini biasa diperparah dengan adanya serangan sekunder dari peryphyton yang merupakan mikroorganisme aquatik yang umumnya berukuran planktonik, fitoplankton maupun zooplankton
3. KOMPETITOR
Kompetitor dari jenis rumput laut yang dibudidayakan pada umumnya yaitu jenis-jenis rumput laut jenis lain yang melekat pada tanaman atau tumbuh disekitar taman budidaya, seperti melekat pada bambu rakit apung atau tali ris dan tali utama. Misalnya Hypnea, Padina dll.

II. CLUSTER PASCA PANEN
1. Pemanenan rumput laut dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat sekitar empat kali berat awal ( dalam waktu pemeliharaan 45 hari). Bila jenis Eucheuma dapat mencapai sekitar 500 – 600 gr.
2. Hal yang perlu diperhatikan saat panen adalah:
3. Menyiapkan 1-2 perahu yang cukup besar untuk mengangkut hasil panen.
4. Beberapa keranjang rotan yang cukup besar
5. Karung goni secukupnya beserta tali untuk mengikat.
6. Terpal anti air untuk pelindung.
7. Menyiapkan lokasi penjemuran
8. Bangunan / gudang kecil untuk menyimpan rumput laut yang sudah kering.

Pelaksanaan panen:
1. Panen rumput laut dilakukan dengan cara dipetik (memisahkan cabang-cabang dari tanaman induk dengan jari) atau dipotong setiap percabangannya. Tanaman yang dipotong harus disisakan seberat berat awal penanaman bibit. Percabangan atau batang yang terlalu besar harus diganti.
2. Masukkan hasil panen ke dalam perahu yang telah disiapkan dekat dengan tempat panen.
3. Bila perahu telah penuh hasil panen di bawa ke tempat penjemuran.

A. PENANGANAN PASCA PANEN
1. Rumput laut disebar dan dikeringkan di atas penjemuran yang telah disiapkan secara tipis untuk mempercepat pengeringan dan merata.
2. Setelah dua-tiga hari rumput laut yang sudah cukup kering ( keadaan lemas dan banyak partikel garam pada permukaan kemudian dicuci.
3. Pencucian dilakukan dengan air laut selama lima menit dengan cara memasukkan rumput laut ke dalam keranjang rotan kemudian digosok-gosokkan dengan tangan. Setelah pencucian selama lima menit kita sebar lagi di tempat penjemuran selama satu hari sampai tidak kelihatan lagi partikel garam dibagian permukaan rumput laut yang dikeringkan.
4. Memisahkan antara rumput laut yang sudah di jemur selama empat hari dengan yang baru dijemur.
5. Selalu ditutup dengan terpal pada malam hari atau pada saat hujan.
6. Sesudah dicuci dan dikeringkan kita masukkan ke dalam karung goni yang telah disiapkan.
7. Sesudah dimasukkan ke dalam wadah tersebut setiap kantong ditimbang dan dicatat beratnya.

III. CLUSTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL
A.INDUSTRI LOKAL
- KUALITAS PRODUK TERJAMIN
- KUANTITAS DAN KUALITAS BAHAN BAKU SESUAI KEBUTUHAN
- PASAR DIKUASAI
B.EXPORT.

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kab,Kutai Timur Tahun 2008, Di Hotel Victoria Sangatta.

SASARAN DIFOKUSKAN PADA 7 KECAMATAN PESISIR (27 DESA)
1. KECAMATAN TELUK PANDAN ( Desa Kandolo, Desa Teluk Pandan , Desa Martadinata )
2. KECAMATAN SANGATTA SELATAN ( Desa Sangkima, Desa Singkama, Desa Singa Geweh )
3. KECAMATAN SANGATTA UTARA ( Desa Sangatta Utara, Desa Singa Gembara )
4. KECAMATAN BENGALON ( Desa Muara Bengalon , Desa Sekerat, Desa Sekurau )
5. KECAMATAN KALIORANG ( Desa Selengkau Desa Kaliorang )
6. KECAMATAN SANGKULIRANG ( Desa Benua Baru Ulu, Benua Baru Ilir, Kerayaan, Maloy, P.Miang, Tj. Manis, Prupuk, Peridan, Mandu, Bual-bual)
7. KECAMATAN SANDARAN ( Desa Susuk Luar, Desa Marukangan, Manubar, Sandaran, Tj. Mangkaliat )

CLUSTER RUMPUT LAUT
Cluster Rumput Laut bertujuan untuk, antara lain adalah :
1. Membangun tataniaga rumput laut dari hulu sampai hilir, untuk menuju produk perikanan prima
2. Menghasilkan rumput laut sebagai bahan baku industri pengolahan yang mempunyai kualitas berdaya saing tinggi dalam jumlah yang cukup
3. Membantu daerah dalam menentukan produk unggulan
4. Mensejahterakan masyarakat pesisir.
5. Meningkatkan pertumbuhan investasi dan ekonomi lokal/daerah yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
6. Menumbuhkan jaringan dan kemitraanusaha bagi komunitas klaster
7. Mewujudkan sekala ekonomi usaha secara berimbang dalam rangka meningkatkan daya saing global

SASARAN CLUSTER YAITU :
1. Keterpaduan industri pengolahan hasil perikanan dari hulu sampai hilir dengan industri pendukung lainnya
2. Terbentuknya industri perumput lautan yang mampu menaggulangi kemiskinan dan menciptakan peluang kerja.

CLUSTER RUMPUT LAUT
1. Cluster bibit,pembudidaya,sarana produksi
2. Cluster pasca panen
3. Cluster pengolahan hasil

CLUSTER RUMPUT LAUT dengan Pendekatan Wilayah Pesisir
1. CLUSTER BIBIT, daerah penerapan Tl. Pandan s/d Tl. Lombok
2. CLUSTER BUDIDAYA, daerah penerapan Sangkulirang s/d Sandaran
3. CLUSTER INDUSTRI PENGOLAHAN, daerah penerapan Kawasan Maloy.

I. CLUSTER BIBIT,BUDIDAYA DAN SARANA PRODUKSI
A. BIBIT
-Pengadaan bibit
1. Dilakukan pada saat konstruksi dan sarana siap untuk ditanami
2. Bibit dekat dengan lokasi penanaman
3. Bibit yang digunakan masih berumur muda (1 bln), bersih serta memiliki percabangan yang banyak
4. Bibit berasal dari tanaman budidaya, dan satu species
5. Pengangkutan dan penyimpanan bibit selalu dalam keadaan lembab,terhindar dari terik matahari, minyak, air tawar dan bahan kimia
-Ciri-ciri Bibit Yang Baik
1. Warna alami (mengkilap-kemerahan)
2. Thallus tidak berlendir
3. Bau rumput laut
4. Tidak luka
5. Bagian thallus transparan dan berpigmen.
-Pengepakan Bibit
1. Masukkan bibit sehat dan segar ke dakam kantong plastik besar yang telah dilubangi
2. Kepadatan bibit harus diperhatikan agar tetap mempunyai ruang udara
3. Masukkan kantong plastik ke dalam kantong besar
4. Penumpukan kardus tidak lebih dari tiga
-Penanganan Bibit Dalam Pengangkutan
1. Selama dalam pengangkutan biarkan bibit tetap lembab, basah tetapi tidak sampai meneteskan air
2. Usahakan agar tidak terkena air tawar, hujan, dan embun
3. Bibit tidak boleh terkena matahari langsung
4. Usahakan bibit tidak terkena minyak dan kotoran lainnya
5. Jauhkan bibit dari sumber panas
-Penyimpanan Bibit Sebelum Ditanam
Langkah yang harus di tempuh yaitu dengan cara memasukkan bibit ke dalam jaring plastik kemudian di dalam laut.

B. BUDIDAYA RUMPUT LAUT
1. Pemilihan Lokasi
2. Melakukan Uji Penanaman
3. Menyiapkan Areal Budidaya
4. Persiapan Penanaman
4.1. Penyediaan Peralatan Budidaya
4.2. Penyediaan Bibit yang Baik
- Penyediaan Bibit
- Penanaman Bibit
5. Penanaman, dengan metode :
5.1. Metode Rawai/Long Line
6. Pemeliharaan, dengan cara :
6.1. Membersihkan Lumpur dan Kotoran
6.2. Penyulaman Tanaman
6.3. Monitoring Pertumbuhan Tanaman
7. Panen
8. Penanganan Pasca Panen

1. PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA Eucheuma cottonii DI LAUT.
1.1. Pergerakan arus cukup baik, kecepatan arus 20-40 cm/dtk
1.2. Salinitas berkisar 28-34 ppt, dengan nilai optimum 33 ppt
1.3. Suhu air berkisar 24 – 29 0C dengan fluktuasi harian maksimal 40C
1.4. pH air 7 – 9 dengan kisaran optimum 7,3 – 8,2
1.5. Air bersih dan bebas dari pencemaran serta tidak banyak dipengaruhi air tawar
1.6. Kedalaman air pada surut terendah paling kurang 60 cm
1.7. Dasar perairan berupa pasir bercampur pecahan-pecahan karang
1.8. Lokasi mudah dijangkau serta mudah mendapatkan bahan-bahan untuk kepentingan budidaya
1.9. Tersedia tenaga kerja yang cukup dan dekat dengan pemasaran hasil.

3. PENANAMAN RUMPUT LAUT METODE APUNG (floating method)
1. Tali tunggal apung
2. Jaring apung/rakit apung
* Metode long line ini dipakai pada lokasi yang mempunyai kedalaman yang dalam
- Lokasi harus luas (50 x 100 m)
- Dipasang empat buah jangkar utama, dengan membentang tali ris sebagai tali utama (berdiameter 15 mm)
- Tali jangkar pada tiap ujungnya diberikan pelampung utama (jerigen vol 50 liter)
- Tali bibit (berdiameter 5 mm) dibentang dari tali utama yang panjangnya 50 - 100 m, yang sebelumnya diikatkan tali rapia sebagai pengikat bibit rumput laut
- Pada tali bibit diberikan pelampung berupa bekas botol air mineral (vol 1 ltr) setiap jarak 5 m.

4. PEMELIHARAAN
A. Membersihkan lumpur dan kotoran
- Menggoyang-goyang tali agar lumpur yang melekat terlepas, karena lumpur yang melekat akan menyebabkan tanaman mudah terserang cacing atau nematoda dan muncul gejala penyakit ice-ice
B. Penyulaman tanaman
- penyulaman perlu dilakukan bial ada tanamanan yangrusak, sehingga tanaman pada setiap tali ris tidak berkurang
C. Monitoring pertumbuhan tanaman
- pertumbuhan tanaman dapat dipantau dengan cara sampling untuk mengukur laju pertumbuhannya sehingga produksi dapat diprediksi.

Rabu, 18 Mei 2011

Impian Pengusaha Rumput Laut 9

POLIKULTUR DENGAN POLA SILVOFISHERY
Pengertian dari Polikultur adalah suatu sistem budi daya untuk menghasilkan lebih dari satu produk dalam satu lahan.

POLA SILVOFISHERY:
1. Empang Parit Tradisional
2. Empang Parit Yang Disempurnakan
3. Komplangan
KOMODITAS :
1. Udang
2. Bandeng
3. Kepiting

SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT TRADISIONAL

SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT YANG DISEMPURNAKAN

SILVOFISHERY POLA KOMPLANGAN

ANALISA FINANSIAL SILVOFISHERY Tahun 2008

1. BIAYA INVESTASI
- Perbaikan empang, caren, karamba, alat perikanan Rp.1.500.000,-
2. MODAL KERJA
- Benih Kepiting 200 ekor dan Sisiran 3000 ekor Rp.1.500.000,-
- Pestisida Rp. 50.000,-
- Pupuk (TSP dan Urea) Rp. 100.000,-
- Pakan Kepiting Rp. 50.000,-
- Tenaga Kerja 1 orang x 3 bulan Rp.1.500.000,-
- Biaya Panen (Tiga kali Kepiting dan satu kali Bandeng) Rp. 200.000,-
Jumlah Rp. 3.400.000,-
3. PENERIMAAN
- Bandeng Umpan : SR 80 % x 300 ekor x Rp. 9.000/kg Rp. 3.840.000,-.
- Kepiting : SR 90 % x 200 ek x Rp 5.000/ ek x 3 periode Rp. 2.700.000,-
Jumlah Rp. 6.540.000,-
4. KEUNTUNGAN PER HA/ TH (2 MT) Rp. 6.280.000,-

UPAYA PELESTARIAN MANGROVE DALAM KEGIATAN BUDIDAYA
DASAR HUKUM
1. Intruksi Dirjen Perikanan No. H.I/4/29/1975, tentang 400 m dari garis pantai;
2. SE Dirjen Perikanan No. E.I/5/8/4/ 1975, tentang Bina Greenbelt;
3. SKB Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan No. 550/Kpts/4/1984 dan No.082.Kpts-II/1984 tanggal 20 April 1984, tentang penetapan sementara jalur hijau 200 m;
4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Sempadan Pantai, Sungai, dan Anak Sungai.

PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE MELALUI SILVOFISHERY
1. Tujuan : Membangun sistem Pengelolaan Ekosistem Mangrove berbasis masyarakat
2. Pendekatan :2.1. Kelompok
2.2. Partisipatif
2.3. Keterpaduan
3. Eksosistem Mangrove Jalur Hijau yang dilestarikan
3.1. Sempadan sungai selebar 100 meter
3.2. Sempadan pantai (sesuai Tunggang air pasang tertinggi)
3.3. Sempadan anak sungai selebar 50 meter

EKOSISTEM MANGROVE JALUR HIJAU YANG HARUS DILESTARIKAN DALAM BUDIDAYA TAMBAK
1. Sempadan Sungai (100 m)
2. Sempadan Pantai (sesuai tunggang pasang tertinggi)
3. Sempadan Anak Sungai (50 m)

CONTOH BUDIDAYA KEPITING PADA KAWASAN MANGROVE
Tujuan yang ingin dicapai : Memotivasi masyarakat mencintai mangrove
Hasil yang telah tercapai, antara lain :
1. Kab. Pemalang sebagai sentra kepiting bakau
2. Pemanfaatan lahan tambak intensif yang terlantar untuk kepiting bakau di Bayuwangi.

PEMBANGUNAN TPHT
Untuk tempat pemasaran dan ikatan kelembagaan kelompok binaan ( telah terbentuk di Pemalang, Subang, Banyuwangi dan Pasuruan).

PERBAIKAN MUTU LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN MANGROVE DI AREAL TAMBAK

PENGEMBANGAN RESERVAT
Pembangunan reservat kepiting bakau dimaksud kan untuk melestarikan populasi kepiting bakau di alam dan sekaligus sebagai hetchery alam guna menunjang pengembangan budidaya kepiting bakau.

Selasa, 17 Mei 2011

Impian Pengusaha Rumput Laut 8

Konstruksi Tambak
Langkah-langkah yang harus disiapkan adalah :
A. Bentuk Tambak yang Ideal
1. Luas petakan 0,5 – 1 ha
2. Dasar tanah berlumpur dan sedikit berpasir
3. Pintu air sebaiknya dua buah
4. Kedalaman air antara 60 –70 cm di pelataran
5. Kedalaman air di caren 1-1.5 m
6. Kontur tanah melandai 5 – 10 cm
7. Lebar caren 2-3 m
B. Pematang
* Berguna untuk menahan air serta melindungi unit tambak dari bahaya banjir, erosi dan air pasang, penjemuran rumput laut.
C. Pintu Air
* Berfungsi dalam menentukan keberhasilan pengaturan air.
D. Saluran Air
* Berfungsi untuk memasukan air setiap saat secara mudah dari laut ataupun air tawar dari sungai/irigasi.

Pengelolaan Air
Pengelola tambak harus mampu menyediakan dan menyiapkan mutu air, yang mencakup kualitas air harus baik, kuantitas cukup serta tidak tercemar dengan persyaratan sebagai berikut :
1. suhu air : 28 – 30 °C
2. salinitas : 14 – 32 ppt
3. pH : 6,8 – 8,2
4. oksigen terlarut : 3 – 8 ppm
5. kejernihan: air tidak terlalu keruh dan dapat menerima sinar matahari
6. polusi : jauh dari limbah industri dan limbah air atau tanah.

Persiapan Lahan
1. Dasar tambak di jemur sampai kering
2. Saluran air dan dasar tambak dibersihkan
3. Tambak kering, kemudian diisi air lagi sampai kedalaman 10 cm
4. Tambak dikeringkan, diisi air kembali, sampai kedalaman 60-100 cm.

Penyediaan dan perawatan bibit
1. Bibit harus tetap dalam keadaan basah/lembab selama dalam perjalanan
2. Tidak terkena air tawar atau hujan
3. Tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain
4. Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan dan lainnya

Ciri-ciri bibit yang baik :
1. segar cerah,
2. thallus kecil dan agak keras,
3. warna agak gelap kecoklatan dan tidak pucat.

METODE PENANAMAN
1. METODE SEBAR
Produktivitas 10-15 ton/ha basah atau 1,5-2,5 ton kering/ha/mt.
2 METODE LONGLINE
Produktivitas 20-30 ton basah atau 3,0-5,0 ton/ha/mt.
2.1. Metode Long-line, bibit diikat dan digantung pada tali, jarak setiap titiknya 0,5 m, jarak antara patok bambu 1 m.
2.2. 1 Ha tambak dibutuhkan 12.000 titik (berat setiap titik 100 gram ), jumlah bibitnya sebanyak 1200 kg.
2.3. Penyulaman dilakukan bila ada bibit yang jatuh atau ikatan yang rusak.
2.4. Setelah 7–10 hari penanaman bibit rumput laut, bandeng gelondongan ditebar dengan padat penebaran 1.500 ekor/ha.
2.5. 7 hari kemudian baru ditebar udang gelondongan dengan padat penebaran 10.000 ekor/ha.
2.6. Perbandingan padat penebaran untuk 1 ha Rumput laut : Bandeng : udang windu = 1.200 kg ; 1.500 ; 10.000.

PEMELIHARAAN TAMBAK
1. Harian : memeriksa bocoran-bocoran di tanggul/pintu, memeriksa ketinggian air, pengawasan pada kualitas air dan suhu air di tambak.
2. Penggantian air tambak : 2 minggu sekali (setiap ada pasang air).
3. Pemeliharaan tanaman.
4. Sampling udang minimal 10 hari sekali.

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN
1. Apabila telah berumur 3 bulan siap dipanen
2. Udang dan bandeng dipanen.
3. Rumput laut dipanen dan dijemur ditanggul-tanggul atau dengan alat para-para.
4. Penjemuran sekitar 2 – 3 hari
5. Dipacking dan disimpan dalam gudang.

Analisa Usaha
Analisa usaha polikultur budidaya rumput laut Gracillaria dengan udang windu, dan bandeng (Luasan Tambak 1 Ha, 4 bulan) TAHUN 2008
A. Pengeluaran :
1. Persiapan lahan = Rp 3.500.000
2. Benur windu glondongan 10.000 ek x rp.50 = Rp 500.000,
3. Bibit Rumput laut 1.200 kgx Rp 1000 = Rp 1.200.000,
4. Nener glondongan 1.000 ek x Rp 100 = Rp 100.000
5. Tali = Rp 300.000
6. Bambu dan pelampung = Rp 200.000
7. Biaya ikat bibit = Rp 250.000
8. Pupuk organik, Kapur = Rp 750.000
9. Biaya tenaga kerja 2 org = Rp 3.200.000
Total biaya = Rp10.000.000 / Ha.
B. HASIL PANEN, TAHUN 2008
KOMODITAS TEBAR SR (%) Ukuran(gr) jumlah
Rumput laut 1.200 kg - - 5.400 (kering)
Udang windu 10.000 ek 80 30 – 33 264 kg
Ikan bandeng 1.500 ek 80 250 300 kg

C PENDAPATAN PANEN, TAHUN 2008
1. Rumput Laut (5.400kg x Rp 2.500 ) = Rp 13.500.000
2. Udang windu (264 kg x Rp 70.000) = Rp 18.480.000
3. Bandeng ( 300 kg x Rp 8500 ) = Rp 2.550.000
Total Pendapatan = Rp 34.530.000
Keuntungan bersih = Rp 24.530.000
Keuntungan satu bulan/ha = Rp 6.130.000

Senin, 16 Mei 2011

Impian Pengusaha Rumput Laut 7

KOMODITAS RUMPUT LAUT
1. Sangat potensial untuk dikembangkan : berbagai species, barbagai macam bentuk kegunaan, lahan yang sangat luas
2. Peluang pasar lokal dan ekspor sangat besar baik sebagai bahan baku maupun produk olahan
3. Biaya murah dan waktu singkat (non bbm)
4. Menciptakan lapangan kerja (projob)
5. Meningkatkan pendapatan/perekonomian masyarakat (progrowth)
6. Mengurangi kemiskinan (propoor)
7. Upaya mengurangi pemanasan global
8. Memperbaiki lingkungan perairan.

RUMPUT LAUT YANG KOMERSIAL DI INDONESIA
Eucheuma sp
1. Mampu menghasilkan Carrageenan (refined dan semi-refined)
2. Species: Eucheuma cottonii dan E. spinosum
3. Species lain di laut: Hypnea sp & Eucheuma sp
Gracilaria sp
1. Menhasilkan Agar
2. Species: Gracillaria gigas, G. verucosa, G. lichenoides
3. Species lain di laut : Gelidium sp, Pterocladia sp, Gelidiela sp
Sargassum sp
1. Menghasilkan Alginat
2. Belum dibudidayakan
3. Species : Sargassum sp, Turbinaria sp

MANFAAT DAN KEGUNAAN KETIGA RUMPUT LAUT YANG KOMERSIAL DI INDONESIA
1. PHARMACEUTICAL GRADE/KELAS FARMASI/OBAT-OBATAN
- Integratting Tablet, Bahan Gigi Buatan, Shampo, Lotion, Pasta gigi, Sabun, obat, Salep, Kapsul, Tablet.
2. INDUSTRIAL GRADE/ KELAS INDUSTRI
- Pakan ternak, ikan, Pengeboran, Printing, Tekstil, Film, Kertas, Keramik, Cat.
3. FOOD GRADE/ KELAS MAKANAN
- Ice Cream, Susu Coklat, permen, saus, roti, wafer, sirup, beer, yoghurt, soft drink, jelli, jam, salad dressing, saus makanan dalam kaleng.

RUMPUT LAUT GRACILLARIA
1. Biaya murah (tanpa BBM)
2. Usaha menguntungkan, Nilai ekonomis tinggi
3. Menyerap tenaga kerja,
4. Permintaan pasar terbuka
5. Peluang polykultur dengan udang dan bandeng.

MENGAPA POLiKULTUR....?
1. Pemanfaatan ruangan (nice, relung)
2. Saling mendegradasi dan memanfaatkan limbah
3. Berbudidaya tambak secara lestari/berkelanjutan
4. Meningkatkan produktivitas tambak
5. Menambah pendapatan keluarga
6. Meningkatkan produksi perikanan
7. Penyerap racun, limbah, bhn organik
8. Tempat menempel organisme makanan udang/ikan
9. Penstabil lingkungan
10.Penghasil O2
11.Tempat berlindung udang
12.Feces Pembersih lumut
13.Antivirus../Immunostimulan..?
14.Bioaerator
15.Antibakteri dll.

Persyaratan Lokasi Budidaya :
1. Dasar tambak berlumpur sedikit pasir
2. Dekat sumber sungai atau mudah untuk menurunkan salinitas air
3. Pergantian air tambak mudah dilakukan (dekat dengan pantai)
4. Perbedaan pasang surut yang cukup sehingga memudahkan pergantian air tambak.
5. Salinitas air tambak 14 – 32 ppt
6. Suhu air 28 – 30 oC
7. pH air 6,8-8,2
8. Kedalaman air tambak minimal 60 cm (pelataran).

Impian Pengusaha Rumput Laut 6

PENGEMBANGAN BUDIDAYA DI KAWASAN MANGROVE
1. Banyak dilakukan di Pantura Jabar, Jatim, Kaltim
2. Sistem Silvofishery pola komplangan dan empang parit
3. Teknologi tradisional dengan produktivitas rendah
4. Perlu peningkatan pendapatan petani Wana mina
5. Perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat
6. Pengembangan ke depan :
- Tidak merusak ekosistem mangrove
- Reboisasi
- Penerapan teknik. ramah lingkungan
- Sistem budidaya organik

POLIKULTUR GRACILARIA, IKAN/UDANG
BUDIDAYA SILVOFISHERY


BUDIDAYA UDANG ORGANIK DENGAN BANDENG DAN RL Gracillaria (SISTEM POLIKULTUR) SESUAI CBIB

POLIKULTUR DENGAN Gracillaria
METODE, Yang diterapkan :
1. Sebar
2. Longline
KOMODITAS :
1. Gracilaria
2. Bandeng
3. Udang

LATAR BELAKANG :
1. Wabah penyakit White Spot Syndrom Virus udang windu sejak tahun 1997
2. Permintaan udang organik terus meningkat
3. Permintaan RL gracillaria terus meningkat
4. Tuntutan keamanan pangan dan budidaya ramah lingkungan
5. Polykultur udang windu, bandeng dan Gracillaria suatu jawaban.

KOMODITAS UDANG WINDU
Luxury Food adalah Family Food
1. Nilai ekonomis tinggi
2. Permintaan ekspor tinggi
3. Menyerap tenaga kerja
4. Usaha yang menguntungkan
5. Multiplier effect besar
6. Sangat sesuai udang organik polykultur.

Impian Pengusaha Rumput Laut 5

KENDALA TAMBAK TRADISIONAL
1. Berada pada kawasan yang sangat luas
2. Ukuran petakan yang sangat besar bahkan sampai 50 Ha/petak (di Kalimantan)
3. Outlet dan inlet menjadi satu
4. Air buangan juga berfungsi sebagai air pasok untuk petakan yang lain
5. Sulit dilakukan pengeringan karena kondisi tambak dipengaruhi oleh pasang surut air
6. Tidak ada petak tandon
7. Kurangnya informasi teknologi/ pembinaan
8. Sulit memutus siklus penularan penyakit
9. Banyak menggunakan obat pertanian yang sifatnya berbahaya bagi air, udang, manusia dan lingkungan
10. Sulit untuk melakukan Cara Pembudidayaan Ikan yang Baik (CPIB).

UPAYA MENGHADAPI TANTANGAN yaitu :
Untuk mencegah atau mengurangi resiko kegagalan, maka hal-hal penting yang harus dipahami dan dilakukan oleh para petambak tradisional adalah :
1. Memperbaiki konstruksi, petakan diperkecil
2. Melakukan persiapan tambak yang benar
3. Menggunakan benur SPF
4. Menerapkan biosecurity
5. Mengelola kualitas air dengan dua pintu
6. Melakukan pengamatan terhadap tingkah laku udang
7. Menerapkan polikultur.

PERBAIKAN KONSTRUKSI TAMBAK langkah yang harus ditempuh yaitu :
1. Perbaikan pada pematang untuk mencegah kebocoran dan rembesan sehingga mampu mempertahankan kedalaman yang diinginkan.
2. Dasar tambak harus rata dan padat serta ada kemiringan kearah saluran pembuangan.
3. Perbaikan caren sehingga kotoran dapat terakumulasi pada caren.
4. Perbaikan pada pintu masuk dan keluar sehingga aliran air lancar.
5. Perbaikan terhadap pendangkalan tambak.
6. Memperkecil ukuran tambak : 0.5-1 ha agar mudah dalam pengelolaan, biosecurity, dll
7. Penanaman bakau di sekeliling tambak dan jalur hijau.

Impian Pengusaha Rumput Laut 4

PENDISTRIBUSIAN HASIL, hal-hal yang harus disiapkan adalah :
1. WADAH, terdiri dari 2 tipe yaitu :
1.1. Wadah terbuka yaitu wadah yang dilengkapi dengan aerator.
1.2. Wadah tertutup yaitu wadah dingin (cool box)
2. ALAT PENGANGKUT, syarat - syarat yang harus terpenuhi yaitu :
Memenuhi persyaratan sanitasi dan hygiene, Aman, Dapat mempertahankan kualitas, Tahan terhadap korosi, Memenuhi standar yg berlaku.

TINDAKAN KOREKSI adalah tindakan yang dilakukan apabila terjadi penyimpangan dan/atau kesalahan pada kegiatan pembudidayaan ikan.

TINDAKAN PENCATATAN
1. Dilakukan sejak kegiatan usaha pembenihan, pembesaran, panen, penanganan hasil dan pendistribusian yg menjamin penelusuran kembali
2. Dilakukan pada setiap tahap, mulai pra produksi, produksi sampai panen dan penanganan hasil termasuk tindakan koreksi dan verifikasi
3. Untuk tambak terutama dilakukan terhadap alat, wadah, pengelolaan air, benih, dan pupuk,
4. Dilakukan oleh penanggung jawab di unit usaha pembudidayaan yg telah mengikuti pelatihan atau berkompeten, sesuai dengan sistem manajemen dan struktur organisasi pada unit usaha tsb.

TINDAKAN PENGENDALIAN
1. Pengendalian CBIB diterapkan dalam kegiatan pembudidayaan ikan sampai dg pendistribusian;
2. Unit usaha yang telah menerapkan CBIB dapat diberi SERTIFIKAT;
3. Sertifikat diberikan oleh Dirjen PB setelah dinilai oleh Tim Penilai & rekomendasi Komisi Approval;
4. Perusahaan pengolahan hanya akan menerima bahan baku yg berasal dari pembudidaya yg telah menerapkan CBIB, dibuktikan dengan:
4.1. Tambak bersertifikat.
4.2. Uji kualitas produk yg akan dibeli.

Impian Pengusaha Rumput Laut 3

Cara Pembuatan kompos, yaitu dengan cara :
1. Bahan :
- pupuk kandang……………200 kg
- Hijauan (daun daunan)…...100 kg
- Abu ………………………… 50 kg
- Sekam …………………….. 50 kg
- Bakteri (probiotik) ………… 2 liter
2. Cara Pembuatan :
2.1. Letakkan pupuk kandang (kotoran kambing atau ayam) pada bagian paling bawah
2.2. Cacah hijauan dari daun-daunan sepanjang 10-20 cm, letakkan di atas pupuk kandang
2.3. Letakkan abu di lapisan ketiga dan sekam di lapisan keempat
2.4. Siram campuran probiotik dan air dan aduk hingga rata
2.5. Padatkan kompos dengan cara diinjak-injak, kemudian tutup rapat dan diberi rongga udara
2.6. Setelah empat hari dibuka dan siram dengan air merata
2.7. Setelah 20-30 hari kompos siap digunakan untuk pupuk

PANEN, hal-hal yang perlu disiapkan :
1. PERALATAN
1.1. menggunakan bahan yang tidak merusak fisik,
1.2. tidak terbuat dari bahan beracun/berbahaya,
1.3. tidak mudah korosif, mudah dibersihkan
2. CARA PANEN, yaitu dengan cara Cepat dan Cermat.

PENANGANAN HASIL PANEN, hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
1. LOKASI, yaitu lokasi harus dekat unit pembudidayaan & tersedia cukup air bersih, serta terhindar dari kemungkinan pencemaran.
2. SARANA DAN PRASARANA, yaitu dengan cara tersedianya peralatan dalam jumlah yg cukup,
tidak berpotensi mencemari produk, mudah dibersihkan, dan bersih serta higienis.
3. CARA PENANGANAN, dengan cara yang cepat dan cermat, membuang dan membersihkan sumber pembusukan pada ikan, tidak menggunakan bahan tambahan terlarang, menerapkan rantai dingin
dan saniter.

BAHAN DAN CARA PENGEMASAN HASIL PANEN, antara lain :
1. BAHAN PENGEMAS, bahan pengemas hasil panen tidak terbuat dari bahan yg dapat menyebabkan pencemaran.
2. CARA PENGEMASAN, yaitu sesuai dengan komoditas yg dikemas, pengemasan ikan hidup (dengan cara basah dan cara kering)cara basah : dimasukkan dalam kantong kemudian diberi oksigen dan es curah di luar kantong pembungkus. cara kering: dg serbuk gergaji diberi es, kemudian cara engemasan ikan segar/mati, dengan cara pemberian es curah atau es kering.

VERIFIKASI
Yaitu untuk memastikan bahwa semua kegiatan pembudidayaan dilakukan sesuai dengan CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK dan Dilakukan oleh Otoritas Kompeten.

Impian Pengusaha Rumput Laut 2

PERSYARATAN POKOK CBIB PADA TAMBAK ORGANIK, HA-HAL YANG MENJADI SYARAT ANTARA LAIN :
A) PRA PRODUKSI :
1. LOKASI
1.1. Lokasi tambak harus terhindar dari potensi pencemaran pemukiman, industri, & pertanian;
1.2. Kualitas air sesuai peruntukkannya, bebas: logam berat, pestisida, org. patogen, cemaran bahan kimia;
2. TATA LETAK & KONSTRUKSI
2.1. Saluran pasok & buang terpisah;
2.2. Tandon pasok;
2.3. Gudang pupuk organik dan peralatan terpisah;
2.4. Fasilitas MCK, toilet dan septic tank min 10 M dari petak pemeliharaan & saluran
3. WADAH BUDIDAYA
3.1. Tidak terbuat dari bahan beracun, berbahaya, korosif atau mencemari produk
B) PROSES PRODUKSI :
1. PERSIAPAN LAHAN/WADAH, Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak menggunakan pupuk anorganik, pestisida, desinfektan dalam proses produksi.
2. PENGELOLAAN AIR, dengan cara mengandalikan pasang surut.
3. PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN, dengan cara biosecurity, isolasi terhadap ikan sakit, tidak menggunakan antibiotik dan obat-obatan.
4. PEMILIHAN BENIH, dengan cara dari hatchery yang benur/penggelondongannya bebas penyakit (SPF), induk udangnya juga SPF (sertifikat).
5. PAKAN, langkah yang harus ditempuh adalah :
a. Tidak menggunakan pakan buatan.
b. Pakan utama udang dan bandeng adalah pakan alami (plankton, benthos, periphyton, spat tiram, cacing, detritus, klekap, lumut, dll)
c. Cara menumbuhkan pakan alami, yaitu :
c.1. Menggunakan pupuk organik (kompos)
c.2. Tidak menggunakan pupuk perangsang pertumbuhan
c.3. Tidak menggunakan pupuk anorganik
c.4. Tidak menggunakan hormon

Impian Pengusaha Rumput Laut 1

Budidaya Rumput Laut.
CBIB merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan.
Tujuan CBIB : menjamin keamanan pangan hasil pembudidayaan ikan.
DASAR HUKUM SISTEM JAMINAN MUTU PRODUK PERIKANAN, ANTARA LAIN YAITU.
1. Peraturan Menteri KP No. PER.01/MEN/2007, tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
2. Peraturan Menteri KP No. PER.02/MEN/2007 tentang Monitoring Residu Obat, Bahan Kimia, Bahan Biologi dan Kontaminan Pada Pembudidayaan Ikan
3. Keputusan Menteri KP No.KEP.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi
4. Keputusan Menteri KP No. KEP.02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik
TINDAK LANJUT DARI SISTEM JAMINAN MUTU PRODUK PERIKANAN ANTARA LAIN ADALAH.
1. SK Dirjen PB No. 116/DPB/HK.150.D4/I/2007
tentang : Pedoman Pelaksanaan Monitoring Residu Obat, Bahan Kimia, Bahan Biologi dan atau Kontaminan Pada Pembudidayaan Ikan
2. SK Dirjen PB No. 01/DPB.0/HK.150.154/ S4/II/2007 tentang : Pedoman, Daftar Isian Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik
3. SK DIRJEN No. 02/DPB.0/HK.150.154/ S4/II/2007 tentang Pembentukan Tim Penilai Sertifikasi CBIB
KEAMANAN PANGAN, Keamanan Pangan yang ingin di wujudkan oleh pengusaha adalah :
1. Mencegah tercemarnya produk oleh cemaran biologi, kimia dan benda lain yang mengganggu/merugikan/membahayakan kesehatan manusia dari udara, tanah, air, pakan, pupuk, obat ikan/bahan lain mulai proses pra produksi, produksi sampai panen, penanganan, distribusi hasil
2. Diterapkan pada sarana dan prasarana serta proses kegiatan pembudidayaan ikan.