Sabtu, 21 Mei 2011

KLASTER RUMPUT LAUT

PERANAN PERUSDA PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM KLASTER RUMPUT LAUT

SEKILAS PERUSDA KUTIM
- PERUSDA PERIKANAN DAN KELAUTAN
- 1 APRIL 2008
- PT. KUTAI TIMUR INVESTAMA (KTI)
- KEHUTANAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KAWASAN INDUSTRI, KEPELABUHANAN, BANDARA.
Visi
Visi yang ingin di wujudkan oleh perusda adalah pengembangan PERUSDA yang handal dengan memanfaatkan sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang berkelanjutan secara profesional.
Misi
Tiga misi yang ingin dicapai oleh perusda adalah :
1. Menjadikan BUMD Perikanan dan Kelautan yang profesional dan mampu tumbuh, berkembang, bersaing secara sehat di Era Globalisasi.
2. Membangun BUMD Perikanan dan Kelautan yang sehat secara profesional yang dapat menunjang perekonomian daerah.
3. Menerapkan efisiensi, transparansi, kemandirian dan akuntabilitas.


Status rumput laut dunia
1. Produksi tahunan rumput laut global 1,4 juta ton kering dengan nilai 5,5-7 billion USD.
2. 2007 Raw Dried Seaweed (RDS) 230.000 metrik ton
3. 84% disuplai oleh Indonesia (110.000 ton) dan Filipina (80.000 ton)
4. 2007 Indonesia merupakan eksportir utama RDS ke pasar dunia
5. Proyeksi kebutuhan pasar naik 2 x lipat di 2012.

Budidaya rumput laut
1. Potensi rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia, tetapi yang tergarap baru sekitar 10 %.
2. Tersebar di 15 provinsi. Potensi terbanyak di Papua seluas 501.000 hektar, lalu Maluku 206.000 hektar, Sulawesi Tengah 106.000 hektar, Nanggroe Aceh Darussalam 104.000 hektar, dan Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 83.000 hektar
3. Kaltim? Sudah berjalan tapi belum optimal.

Potensi Produk Rumput Laut
1. Gracilaria dan Gelidium menghasilkan agar-agar
2. Eucheuma, ialah Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum menghasilkan karagenan Value-added.
Product: karagenan
3. Bahan baku kertas
4. Bio-ethanol (Red algae/Rhodophyta)
5. Alcali-treated cotoni, gelatine

Seaweed as Green House Gas Emissions
1. Algae and Global Warming (AGW):
2. Greenhouse Gas (GHG) Emissions Using Seaweeds
3. Didanai oleh Pemerintah Korea sejak 2006-
4. Rumput laut sebagai instrumen pengurangan emisi GHG
5. Biologi rumput laut dan ekologi sebagai metodologi baru base-line dan monitoring
6. Pulp dari algae merah akan mengurangi deforestation dan emisi CO2.

Program Penelitian dan Pengembangan
1. Taksonomi dan distribusi
2. Biologi dan fisiologi
3. Sistem budidaya dan pasca panen
4. Manajemen penyakit
5. Aplikasi produk
6. Bioteknologi
7. Rekayasa genetika

Klaster Rumput Laut
1. Budidaya rumput laut secara tradisional
2. Menghadapi masalah terutama kuantitas dan kualitas rumput laut sebagai bahan baku industri
3. DKP dapat melakukan manajemen untuk mengontrol kondisi dari up stream to down stream
4. Keuntungan kualitas dapat dikontrol
5. Harga dapat distabilkan
6. Produk dengan nilai tambah.

Nilai Tambah Rumput Laut ( E. cottonii)
1. Raw material > Rp. 9000,-/kg
2. CHIP Rp. 29.000,-/kg
3. Semi Refined Carrageenan Rp. 51.000,-/kg
4. Refined carrageenan :
5. Food grade Rp. 200.000,-/kg
6. Industrial grade Rp. 180.000,-/kg.

Alasan Klaster
1. Membangun tata niaga rumput laut dari hulu sampai hilir
2. Rumput laut sebagai bahan baku industri pengolahan yang mempunyai kualitas berdaya saing dalam jumlah cukup
3. Menjadi produk unggulan daerah
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Iklim yang pro-investasi
1. Dukungan teknis dari Dinas Perikanan dan Kelautan
2. Data base Perikanan
3. SK Kelompok bidang Rumput Laut
4. Keberadaan Perusda Perikanan dan Kelautan
5. Komitmen Bupati Pedampingan
6. Klaster Rumput Laut
7. Konsultan Marketing
8. Technical assistance.

PERUSDA : Marketing and Buffer agent
1. Identifikasi potensi sumberdaya pesisir dan laut
2. Membuka Peluang investasi
3. Perlindungan masyarakat pembudidaya
4. Berperan dalam tata niaga produk budidaya rumput laut (Sistem satu pintu)
5. Kontribusi terhadap PAD
6. Penjaminan harga produk (MOU dengan partner)
7. Penyeragaman kualitas mutu
8. Stabilitas pasokan
9. Fasilitator skim pembiayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar