Sabtu, 25 Juni 2011

BATAS-BATAS PULAU KALIMANTAN

BATAS-BATAS PULAU KALIMANTAN



Pulau kalimantan merupakan bagian dari negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Kekayaan dan keindahan serta keanekaragaman sumberdaya alam (SDA) pulau kalimantan sangat berdampak pada kemajuan dan peningkatan devisa negara Indonesia. Salah satu keindahan pulau kalimantan dapat kita lihat dan kita rasakan pada saat kita naik pesawat terbang dari bandara sepinggan Balikpapan, dari pesawat terbang kita bisa melihat pulau kalimantan dengan warna khasnya yang terlihat dengan warna kesuburannya yang begitu hijaunya seakan kita berada di taman surga impian, sehingga mata kita seakan telah kita obati dengan obat tetes mata, padahal kita baru melihat dari warna pulau kalimantan. Marilah kita luangkan waktu liburan kita untuk menikmati dan sekaligus mengetahui serta mengenal pulau kalimantan. Pulau kalimantan terbagi menjadi 5 bagian, antara lain yaitu :
1.Kalimantan selatan
2.Kalimantan tengah
3.Kalimantan barat
4.Kalimantan timur
5.Negara Malaysia

Minggu, 22 Mei 2011

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN KUTAI TIMUR MELALUI INDUSTRI RUMPUT LAUT

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KABUPATEN KUTAI TIMUR MELALUI INDUSTRI RUMPUT LAUT
Oleh Jamal Basmal
BALAI BESAR RISET PENGOLAHAN PRODUK DAN BIOTEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN DESEMBER 2008




ALASAN POKOK RUMPUT LAUT DAPAT MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SBB:
1. Umur panen rumput laut relatif singkat + 45 – 60 hari, produksi 3 – 4 ton RL kering/Ha
2. Teknik budidaya mudah dan sederhana (floating net, bottom net, longliner, combination between floating net and longliner)
3. Teknik pemanenan mudah, tidak memerlukan peralatan yang rumit
4. Dapat dilakukan oleh semua orang
5. Perairan Indonesia sangat cocok untuk budidaya rumput laut
6. Permintaan pasar meningkat antara 5% - 10% per tahun
7. Peningkatan nilai tambah dapat dilakukan secara bertahap
8. Pro job, pro growth, pro poor
9. Mempunyai ragam fungsi di dalam pangan maupun non pangan
10.Mengandung zat aktif mempercepat pertumbuhan tanaman






KLASIFIKASI PRODUK OLAHAN RUMPUT LAUT

PERKEMBANGAN HARGA RUMPUT LAUT

TANTANGAN INDUSTRI RUMPUT LAUT
1. Ketersedian bibit unggul rumput laut
2. Kualitas rumput laut sangat bervariasi
3. Rantai pemasaran rumput laut belum tertata baik
4. Teknologi pengolahan base product belum dikuasai
5. Teknologi formulasi belum dikuasai
6. Kelompok pembudidaya, pengolahan, pemasaran belum kompak.
7. Akses informasi perkembangan industri rumput laut masih dinikmati oleh sebagian orang.

PELUANGAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI INDUSTRI RUMPUT LUAT
1. Perairan laut Indonesia sangat cocok untuk budidaya
2. Permintaan pasar dunia yang cenderung meningkat setiap tahun 5% - 10%.
3. Formulasi produk rumput laut dalam produk pangan dan non pangan sangat luas.
4. Serapan pasar dalam negeri cenderung meningkat (populasi tinggi).
BAGAIMANA MENANGKAP PELUANG INDUSTRI RUMPUT LAUT DALAM SUATU SISTEM YANG TERINTEGRASI SATU DENGAN YANG LAIN...?? METODE YANG TEPAT ADALAH DENGAN SISTEM KLASTER, KARENA SISTEM KLASTER MERUPAKAN SALAH SATU CARA MENANGKAP PELUANG INDUSTRI RUMPUT LAUT.
Definisi Klaster
Klaster merupakan suatu kumpulan dari berbagai unit usaha yang satu sama lainnya berhubungan secara fungsional dalam suatu kawasan tertentu dan satu pengelolaan yang terpadu.
ALASAN POKOK
1. Agar usaha Rumput Laut dapat dikatagorikan sebagai INDUSTRI pada umumnya
2. Agar menghasilkan produk olahan rumput laut yang punya daya saing tinggi
3. Termasuk didalam skala usaha yang rasional / BANKABLE
4. Bersifat jangka panjang
5. Kualitas rumput laut dapat terjamin.
Manfaat RUMPUT LAUT Diklasterkan
1. Sebagai upaya untuk mengontrol kualitas produk dari hulu sampai hilir
2. Mengoptimalkan nilai tambah produk
3. Mengeliminasi intervensi harga dari luar
4. Memberi peran kepada stake holder (midleman) secara proposional
5. Membantu pemerintah daerah didalam mengembangkan produk unggulannya.
ORGANISASI DASAR PEMBENTUKAN KLASTER


Prospek yang diharapkan
1. Nilai tambah ada didaerah penghasil
2. Mempunyai kualitas produk akhir yang kompetetif
3. Membangun image rumput laut sebagai penyangga perekonomian masyarakat pesisir
4. Tumbuh kembangnya industri pengolah rumput laut dan industri formulasi.
5. Efek ganda dengan adanya industri rumput laut di dalam suatu kalster.


LIMA persyaratan
1. Tersedia bibit unggul yang konsisten
2. Ada industri penghela sebagai pen jaminan pasar
3. Adanya satu manajemen yang terpadu didalam satu klaster
4. Adanya lembaga terpadu yang mengelola dana Dekon di Zone ll
5. Harga dasar rumput laut disepakati oleh para pelaku usaha secara periodik.





Sabtu, 21 Mei 2011

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RUMPUT LAUT

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN RUMPUT LAUT
PRESENTASI CV INDOAGRO LESTARI, Oleh Bapak Hartono 23 December 2008.Hotel Victoria Sangatta, Kutim

PROSPEK BISNIS RUMPUT LAUT DI KALIMANTAN TIMUR.
JENIS RUMPUT LAUT
Beberapa jenis rumput laut yang umum dikenal masyarakat dan mempunyai orientasi bisnis :
1. Euchima Cottonii
2. Euchima Spinusum
3. Gracillaria Spinusum
APLIKASI RUMPUT LAUT
Lebih dari 500 produk menggunakan rumput laut, misal :
1. Bahan Makanan (stabilizer, emulsifier, dll)
2. Agar-agar, Jelly Food, Daging Burger
3. Pupuk, Pengharum Ruangan
4. Pakan ternak, Pet Food
5. Pembuatan Tablet, Kapsul
6. Kosmetik (cream, lotion, salep, shampo, pasta gigi)
7. Bahan tambahan industri kertas, textile, keramik,
8. Etanol, dan lain-lain
NEGARA-NEGARA KONSUMEN RUMPUT LAUT DUNIA
1. Denmark,
2. Amerika,
3. China,
4. Philipina,
5. Perancis,
6. Spanyol,
7. Taiwan,
8. Jepang,
9. Inggris dan beberapa negara lainya.
PERINGKAT NEGARA-NEGARA PENGHASIL RUMPUT LAUT
1. Chile
2. Maroko
3. Philipina
4. Indonesia
POTENSI KALIMANTAN TIMUR
1. Areal Potensial Sepanjang Garis Sempadan Pantai lebih kurang 1.100 Km
2. Tersedianya Sumber Daya Manusia
3. Ketersediaan Sarana Transportasi
PROGRAM KLUSTER DI KALIMANTAN TIMUR
1. Diseluruh pesisir pantai Kalimantan Timur yang memungkinkan akan dibudidayakan rumput laut
2. Dengan program ini memungkinkan sebuah kluster menjadi bagian yang mandiri, terdiri dari penyediaan bibit, sarana budidaya (tali, pelampung, jangkar, dll) hingga pengolahan hasil panen
3. Di pesisir pantai Kalimantan Timur akan dibuat beberapa kluster mengingat panjang garis pantai kurang lebih 1,100 Km
4. Sebuah industri pengolahan rumput laut akan dibangun untuk menunjang hasil panen beberapa kluster, sehingga diseluruh pesisir Kalimantan Timur terdapat beberapa industri pengolahan rumput laut.
5. Dibangunnya industri pengolahan secara merata diseluruh pesisir Kalimantan Timur bertujuan agar transportasi dari petani menjadi lebih dekat dan biaya transportasi dapat lebih murah.
6. Barang jadi industri pengolahan rumput laut berupa karagenan maupun chip, kedepannya akan diekspor melalui Kalimantan Timur sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan pendapatan asli daerah.
PERAN CV. INDO AGRO LESTARI
1. Memberikan pengetahuan teknis, tentang cara budidaya rumput laut yang benar
2. Menjamin ketersediaan bibit rumput laut yang berkualitas
3. Menyerap seluruh hasil panen rumput laut petani
4. Mempersiapkan bisnis rumput laut secara terpadu hingga mengarah ke industri
PENUTUP
Semua program yang direncanakan akan berhasil dan menggerakkan sektor riil dengan baik bilamana :
1. Adanya dukungan dari seluruh pelaku bisnis khususnya pemerintah daerah setempat dalam bentuk memberikan proteksi bagi usaha sejenis
2. Petani mematuhi petunjuk teknis yang telah diberikan supaya mutu panen tetap yang terbaik.

KLASTER RUMPUT LAUT

PERANAN PERUSDA PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM KLASTER RUMPUT LAUT

SEKILAS PERUSDA KUTIM
- PERUSDA PERIKANAN DAN KELAUTAN
- 1 APRIL 2008
- PT. KUTAI TIMUR INVESTAMA (KTI)
- KEHUTANAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN, KAWASAN INDUSTRI, KEPELABUHANAN, BANDARA.
Visi
Visi yang ingin di wujudkan oleh perusda adalah pengembangan PERUSDA yang handal dengan memanfaatkan sumberdaya Perikanan dan Kelautan yang berkelanjutan secara profesional.
Misi
Tiga misi yang ingin dicapai oleh perusda adalah :
1. Menjadikan BUMD Perikanan dan Kelautan yang profesional dan mampu tumbuh, berkembang, bersaing secara sehat di Era Globalisasi.
2. Membangun BUMD Perikanan dan Kelautan yang sehat secara profesional yang dapat menunjang perekonomian daerah.
3. Menerapkan efisiensi, transparansi, kemandirian dan akuntabilitas.


Status rumput laut dunia
1. Produksi tahunan rumput laut global 1,4 juta ton kering dengan nilai 5,5-7 billion USD.
2. 2007 Raw Dried Seaweed (RDS) 230.000 metrik ton
3. 84% disuplai oleh Indonesia (110.000 ton) dan Filipina (80.000 ton)
4. 2007 Indonesia merupakan eksportir utama RDS ke pasar dunia
5. Proyeksi kebutuhan pasar naik 2 x lipat di 2012.

Budidaya rumput laut
1. Potensi rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia, tetapi yang tergarap baru sekitar 10 %.
2. Tersebar di 15 provinsi. Potensi terbanyak di Papua seluas 501.000 hektar, lalu Maluku 206.000 hektar, Sulawesi Tengah 106.000 hektar, Nanggroe Aceh Darussalam 104.000 hektar, dan Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 83.000 hektar
3. Kaltim? Sudah berjalan tapi belum optimal.

Potensi Produk Rumput Laut
1. Gracilaria dan Gelidium menghasilkan agar-agar
2. Eucheuma, ialah Eucheuma cottoni dan Eucheuma spinosum menghasilkan karagenan Value-added.
Product: karagenan
3. Bahan baku kertas
4. Bio-ethanol (Red algae/Rhodophyta)
5. Alcali-treated cotoni, gelatine

Seaweed as Green House Gas Emissions
1. Algae and Global Warming (AGW):
2. Greenhouse Gas (GHG) Emissions Using Seaweeds
3. Didanai oleh Pemerintah Korea sejak 2006-
4. Rumput laut sebagai instrumen pengurangan emisi GHG
5. Biologi rumput laut dan ekologi sebagai metodologi baru base-line dan monitoring
6. Pulp dari algae merah akan mengurangi deforestation dan emisi CO2.

Program Penelitian dan Pengembangan
1. Taksonomi dan distribusi
2. Biologi dan fisiologi
3. Sistem budidaya dan pasca panen
4. Manajemen penyakit
5. Aplikasi produk
6. Bioteknologi
7. Rekayasa genetika

Klaster Rumput Laut
1. Budidaya rumput laut secara tradisional
2. Menghadapi masalah terutama kuantitas dan kualitas rumput laut sebagai bahan baku industri
3. DKP dapat melakukan manajemen untuk mengontrol kondisi dari up stream to down stream
4. Keuntungan kualitas dapat dikontrol
5. Harga dapat distabilkan
6. Produk dengan nilai tambah.

Nilai Tambah Rumput Laut ( E. cottonii)
1. Raw material > Rp. 9000,-/kg
2. CHIP Rp. 29.000,-/kg
3. Semi Refined Carrageenan Rp. 51.000,-/kg
4. Refined carrageenan :
5. Food grade Rp. 200.000,-/kg
6. Industrial grade Rp. 180.000,-/kg.

Alasan Klaster
1. Membangun tata niaga rumput laut dari hulu sampai hilir
2. Rumput laut sebagai bahan baku industri pengolahan yang mempunyai kualitas berdaya saing dalam jumlah cukup
3. Menjadi produk unggulan daerah
4. Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Iklim yang pro-investasi
1. Dukungan teknis dari Dinas Perikanan dan Kelautan
2. Data base Perikanan
3. SK Kelompok bidang Rumput Laut
4. Keberadaan Perusda Perikanan dan Kelautan
5. Komitmen Bupati Pedampingan
6. Klaster Rumput Laut
7. Konsultan Marketing
8. Technical assistance.

PERUSDA : Marketing and Buffer agent
1. Identifikasi potensi sumberdaya pesisir dan laut
2. Membuka Peluang investasi
3. Perlindungan masyarakat pembudidaya
4. Berperan dalam tata niaga produk budidaya rumput laut (Sistem satu pintu)
5. Kontribusi terhadap PAD
6. Penjaminan harga produk (MOU dengan partner)
7. Penyeragaman kualitas mutu
8. Stabilitas pasokan
9. Fasilitator skim pembiayaan.

Kamis, 19 Mei 2011

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 2

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kab,Kutai Timur Tahun 2008, Di Hotel Victoria Sangatta.

5. HAMA DAN PENYAKIT
1. HAMA
A. Hama Mikro
Umumnya berukuran panjang kurang dari 2 cm. Misalnya larva bulu babi (Tripneustes) dan larva teripang (Holothuroidea sp), Nematoda yang bersifat parasit, Penyakit ice-ice dan lain-lain.
B. Hama Makro
Ukurannya lebih besar dari 2 cm. Misalnya ikan baronang (Siganus sp), penyu hijau (Chelonia midas), bulu babi (Diadema sp), Teripang (Holothuroidea sp), Bintang laut (protoreaster).
2. PENYAKIT
Disebabkan akibat adanya perubahan faktor lingkungan yang ekstrim seperti perubahan nutrisi, perubahan suhu, perubahan salinitas, pH dan tingkat kecerahan air. Kondisi ini biasanya diikuti intekasi dengan mikroorganisme pathogen. Penyakit ini disebut ice-ice, penyakit ini biasa diperparah dengan adanya serangan sekunder dari peryphyton yang merupakan mikroorganisme aquatik yang umumnya berukuran planktonik, fitoplankton maupun zooplankton
3. KOMPETITOR
Kompetitor dari jenis rumput laut yang dibudidayakan pada umumnya yaitu jenis-jenis rumput laut jenis lain yang melekat pada tanaman atau tumbuh disekitar taman budidaya, seperti melekat pada bambu rakit apung atau tali ris dan tali utama. Misalnya Hypnea, Padina dll.

II. CLUSTER PASCA PANEN
1. Pemanenan rumput laut dilakukan bila rumput laut telah mencapai berat sekitar empat kali berat awal ( dalam waktu pemeliharaan 45 hari). Bila jenis Eucheuma dapat mencapai sekitar 500 – 600 gr.
2. Hal yang perlu diperhatikan saat panen adalah:
3. Menyiapkan 1-2 perahu yang cukup besar untuk mengangkut hasil panen.
4. Beberapa keranjang rotan yang cukup besar
5. Karung goni secukupnya beserta tali untuk mengikat.
6. Terpal anti air untuk pelindung.
7. Menyiapkan lokasi penjemuran
8. Bangunan / gudang kecil untuk menyimpan rumput laut yang sudah kering.

Pelaksanaan panen:
1. Panen rumput laut dilakukan dengan cara dipetik (memisahkan cabang-cabang dari tanaman induk dengan jari) atau dipotong setiap percabangannya. Tanaman yang dipotong harus disisakan seberat berat awal penanaman bibit. Percabangan atau batang yang terlalu besar harus diganti.
2. Masukkan hasil panen ke dalam perahu yang telah disiapkan dekat dengan tempat panen.
3. Bila perahu telah penuh hasil panen di bawa ke tempat penjemuran.

A. PENANGANAN PASCA PANEN
1. Rumput laut disebar dan dikeringkan di atas penjemuran yang telah disiapkan secara tipis untuk mempercepat pengeringan dan merata.
2. Setelah dua-tiga hari rumput laut yang sudah cukup kering ( keadaan lemas dan banyak partikel garam pada permukaan kemudian dicuci.
3. Pencucian dilakukan dengan air laut selama lima menit dengan cara memasukkan rumput laut ke dalam keranjang rotan kemudian digosok-gosokkan dengan tangan. Setelah pencucian selama lima menit kita sebar lagi di tempat penjemuran selama satu hari sampai tidak kelihatan lagi partikel garam dibagian permukaan rumput laut yang dikeringkan.
4. Memisahkan antara rumput laut yang sudah di jemur selama empat hari dengan yang baru dijemur.
5. Selalu ditutup dengan terpal pada malam hari atau pada saat hujan.
6. Sesudah dicuci dan dikeringkan kita masukkan ke dalam karung goni yang telah disiapkan.
7. Sesudah dimasukkan ke dalam wadah tersebut setiap kantong ditimbang dan dicatat beratnya.

III. CLUSTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL
A.INDUSTRI LOKAL
- KUALITAS PRODUK TERJAMIN
- KUANTITAS DAN KUALITAS BAHAN BAKU SESUAI KEBUTUHAN
- PASAR DIKUASAI
B.EXPORT.

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

SEMINAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kab,Kutai Timur Tahun 2008, Di Hotel Victoria Sangatta.

SASARAN DIFOKUSKAN PADA 7 KECAMATAN PESISIR (27 DESA)
1. KECAMATAN TELUK PANDAN ( Desa Kandolo, Desa Teluk Pandan , Desa Martadinata )
2. KECAMATAN SANGATTA SELATAN ( Desa Sangkima, Desa Singkama, Desa Singa Geweh )
3. KECAMATAN SANGATTA UTARA ( Desa Sangatta Utara, Desa Singa Gembara )
4. KECAMATAN BENGALON ( Desa Muara Bengalon , Desa Sekerat, Desa Sekurau )
5. KECAMATAN KALIORANG ( Desa Selengkau Desa Kaliorang )
6. KECAMATAN SANGKULIRANG ( Desa Benua Baru Ulu, Benua Baru Ilir, Kerayaan, Maloy, P.Miang, Tj. Manis, Prupuk, Peridan, Mandu, Bual-bual)
7. KECAMATAN SANDARAN ( Desa Susuk Luar, Desa Marukangan, Manubar, Sandaran, Tj. Mangkaliat )

CLUSTER RUMPUT LAUT
Cluster Rumput Laut bertujuan untuk, antara lain adalah :
1. Membangun tataniaga rumput laut dari hulu sampai hilir, untuk menuju produk perikanan prima
2. Menghasilkan rumput laut sebagai bahan baku industri pengolahan yang mempunyai kualitas berdaya saing tinggi dalam jumlah yang cukup
3. Membantu daerah dalam menentukan produk unggulan
4. Mensejahterakan masyarakat pesisir.
5. Meningkatkan pertumbuhan investasi dan ekonomi lokal/daerah yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
6. Menumbuhkan jaringan dan kemitraanusaha bagi komunitas klaster
7. Mewujudkan sekala ekonomi usaha secara berimbang dalam rangka meningkatkan daya saing global

SASARAN CLUSTER YAITU :
1. Keterpaduan industri pengolahan hasil perikanan dari hulu sampai hilir dengan industri pendukung lainnya
2. Terbentuknya industri perumput lautan yang mampu menaggulangi kemiskinan dan menciptakan peluang kerja.

CLUSTER RUMPUT LAUT
1. Cluster bibit,pembudidaya,sarana produksi
2. Cluster pasca panen
3. Cluster pengolahan hasil

CLUSTER RUMPUT LAUT dengan Pendekatan Wilayah Pesisir
1. CLUSTER BIBIT, daerah penerapan Tl. Pandan s/d Tl. Lombok
2. CLUSTER BUDIDAYA, daerah penerapan Sangkulirang s/d Sandaran
3. CLUSTER INDUSTRI PENGOLAHAN, daerah penerapan Kawasan Maloy.

I. CLUSTER BIBIT,BUDIDAYA DAN SARANA PRODUKSI
A. BIBIT
-Pengadaan bibit
1. Dilakukan pada saat konstruksi dan sarana siap untuk ditanami
2. Bibit dekat dengan lokasi penanaman
3. Bibit yang digunakan masih berumur muda (1 bln), bersih serta memiliki percabangan yang banyak
4. Bibit berasal dari tanaman budidaya, dan satu species
5. Pengangkutan dan penyimpanan bibit selalu dalam keadaan lembab,terhindar dari terik matahari, minyak, air tawar dan bahan kimia
-Ciri-ciri Bibit Yang Baik
1. Warna alami (mengkilap-kemerahan)
2. Thallus tidak berlendir
3. Bau rumput laut
4. Tidak luka
5. Bagian thallus transparan dan berpigmen.
-Pengepakan Bibit
1. Masukkan bibit sehat dan segar ke dakam kantong plastik besar yang telah dilubangi
2. Kepadatan bibit harus diperhatikan agar tetap mempunyai ruang udara
3. Masukkan kantong plastik ke dalam kantong besar
4. Penumpukan kardus tidak lebih dari tiga
-Penanganan Bibit Dalam Pengangkutan
1. Selama dalam pengangkutan biarkan bibit tetap lembab, basah tetapi tidak sampai meneteskan air
2. Usahakan agar tidak terkena air tawar, hujan, dan embun
3. Bibit tidak boleh terkena matahari langsung
4. Usahakan bibit tidak terkena minyak dan kotoran lainnya
5. Jauhkan bibit dari sumber panas
-Penyimpanan Bibit Sebelum Ditanam
Langkah yang harus di tempuh yaitu dengan cara memasukkan bibit ke dalam jaring plastik kemudian di dalam laut.

B. BUDIDAYA RUMPUT LAUT
1. Pemilihan Lokasi
2. Melakukan Uji Penanaman
3. Menyiapkan Areal Budidaya
4. Persiapan Penanaman
4.1. Penyediaan Peralatan Budidaya
4.2. Penyediaan Bibit yang Baik
- Penyediaan Bibit
- Penanaman Bibit
5. Penanaman, dengan metode :
5.1. Metode Rawai/Long Line
6. Pemeliharaan, dengan cara :
6.1. Membersihkan Lumpur dan Kotoran
6.2. Penyulaman Tanaman
6.3. Monitoring Pertumbuhan Tanaman
7. Panen
8. Penanganan Pasca Panen

1. PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA Eucheuma cottonii DI LAUT.
1.1. Pergerakan arus cukup baik, kecepatan arus 20-40 cm/dtk
1.2. Salinitas berkisar 28-34 ppt, dengan nilai optimum 33 ppt
1.3. Suhu air berkisar 24 – 29 0C dengan fluktuasi harian maksimal 40C
1.4. pH air 7 – 9 dengan kisaran optimum 7,3 – 8,2
1.5. Air bersih dan bebas dari pencemaran serta tidak banyak dipengaruhi air tawar
1.6. Kedalaman air pada surut terendah paling kurang 60 cm
1.7. Dasar perairan berupa pasir bercampur pecahan-pecahan karang
1.8. Lokasi mudah dijangkau serta mudah mendapatkan bahan-bahan untuk kepentingan budidaya
1.9. Tersedia tenaga kerja yang cukup dan dekat dengan pemasaran hasil.

3. PENANAMAN RUMPUT LAUT METODE APUNG (floating method)
1. Tali tunggal apung
2. Jaring apung/rakit apung
* Metode long line ini dipakai pada lokasi yang mempunyai kedalaman yang dalam
- Lokasi harus luas (50 x 100 m)
- Dipasang empat buah jangkar utama, dengan membentang tali ris sebagai tali utama (berdiameter 15 mm)
- Tali jangkar pada tiap ujungnya diberikan pelampung utama (jerigen vol 50 liter)
- Tali bibit (berdiameter 5 mm) dibentang dari tali utama yang panjangnya 50 - 100 m, yang sebelumnya diikatkan tali rapia sebagai pengikat bibit rumput laut
- Pada tali bibit diberikan pelampung berupa bekas botol air mineral (vol 1 ltr) setiap jarak 5 m.

4. PEMELIHARAAN
A. Membersihkan lumpur dan kotoran
- Menggoyang-goyang tali agar lumpur yang melekat terlepas, karena lumpur yang melekat akan menyebabkan tanaman mudah terserang cacing atau nematoda dan muncul gejala penyakit ice-ice
B. Penyulaman tanaman
- penyulaman perlu dilakukan bial ada tanamanan yangrusak, sehingga tanaman pada setiap tali ris tidak berkurang
C. Monitoring pertumbuhan tanaman
- pertumbuhan tanaman dapat dipantau dengan cara sampling untuk mengukur laju pertumbuhannya sehingga produksi dapat diprediksi.

Rabu, 18 Mei 2011

Impian Pengusaha Rumput Laut 9

POLIKULTUR DENGAN POLA SILVOFISHERY
Pengertian dari Polikultur adalah suatu sistem budi daya untuk menghasilkan lebih dari satu produk dalam satu lahan.

POLA SILVOFISHERY:
1. Empang Parit Tradisional
2. Empang Parit Yang Disempurnakan
3. Komplangan
KOMODITAS :
1. Udang
2. Bandeng
3. Kepiting

SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT TRADISIONAL

SILVOFISHERY POLA EMPANG PARIT YANG DISEMPURNAKAN

SILVOFISHERY POLA KOMPLANGAN

ANALISA FINANSIAL SILVOFISHERY Tahun 2008

1. BIAYA INVESTASI
- Perbaikan empang, caren, karamba, alat perikanan Rp.1.500.000,-
2. MODAL KERJA
- Benih Kepiting 200 ekor dan Sisiran 3000 ekor Rp.1.500.000,-
- Pestisida Rp. 50.000,-
- Pupuk (TSP dan Urea) Rp. 100.000,-
- Pakan Kepiting Rp. 50.000,-
- Tenaga Kerja 1 orang x 3 bulan Rp.1.500.000,-
- Biaya Panen (Tiga kali Kepiting dan satu kali Bandeng) Rp. 200.000,-
Jumlah Rp. 3.400.000,-
3. PENERIMAAN
- Bandeng Umpan : SR 80 % x 300 ekor x Rp. 9.000/kg Rp. 3.840.000,-.
- Kepiting : SR 90 % x 200 ek x Rp 5.000/ ek x 3 periode Rp. 2.700.000,-
Jumlah Rp. 6.540.000,-
4. KEUNTUNGAN PER HA/ TH (2 MT) Rp. 6.280.000,-

UPAYA PELESTARIAN MANGROVE DALAM KEGIATAN BUDIDAYA
DASAR HUKUM
1. Intruksi Dirjen Perikanan No. H.I/4/29/1975, tentang 400 m dari garis pantai;
2. SE Dirjen Perikanan No. E.I/5/8/4/ 1975, tentang Bina Greenbelt;
3. SKB Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan No. 550/Kpts/4/1984 dan No.082.Kpts-II/1984 tanggal 20 April 1984, tentang penetapan sementara jalur hijau 200 m;
4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Sempadan Pantai, Sungai, dan Anak Sungai.

PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE MELALUI SILVOFISHERY
1. Tujuan : Membangun sistem Pengelolaan Ekosistem Mangrove berbasis masyarakat
2. Pendekatan :2.1. Kelompok
2.2. Partisipatif
2.3. Keterpaduan
3. Eksosistem Mangrove Jalur Hijau yang dilestarikan
3.1. Sempadan sungai selebar 100 meter
3.2. Sempadan pantai (sesuai Tunggang air pasang tertinggi)
3.3. Sempadan anak sungai selebar 50 meter

EKOSISTEM MANGROVE JALUR HIJAU YANG HARUS DILESTARIKAN DALAM BUDIDAYA TAMBAK
1. Sempadan Sungai (100 m)
2. Sempadan Pantai (sesuai tunggang pasang tertinggi)
3. Sempadan Anak Sungai (50 m)

CONTOH BUDIDAYA KEPITING PADA KAWASAN MANGROVE
Tujuan yang ingin dicapai : Memotivasi masyarakat mencintai mangrove
Hasil yang telah tercapai, antara lain :
1. Kab. Pemalang sebagai sentra kepiting bakau
2. Pemanfaatan lahan tambak intensif yang terlantar untuk kepiting bakau di Bayuwangi.

PEMBANGUNAN TPHT
Untuk tempat pemasaran dan ikatan kelembagaan kelompok binaan ( telah terbentuk di Pemalang, Subang, Banyuwangi dan Pasuruan).

PERBAIKAN MUTU LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN MANGROVE DI AREAL TAMBAK

PENGEMBANGAN RESERVAT
Pembangunan reservat kepiting bakau dimaksud kan untuk melestarikan populasi kepiting bakau di alam dan sekaligus sebagai hetchery alam guna menunjang pengembangan budidaya kepiting bakau.